Mengembalikan Kebiasaan Membaca

5 minute read

Setelah sempat istirahat menulis lumayan lama, hal pertama kali yang kupikirkan akhir-akhir ini ialah: ayok kembali teratur membaca. Perlu membaca terlebih dahulu saat sebelum dapat menulis. Iya, teratur itu berlainan dengan sekedar membaca saja. Kembalikan rutinitas membaca jadi sebuah keperluan perlu perjuangan. Tidak cuma mengenai menangani rintangan di luar, tetapi juga dari diri kita.

Jika narasi faedah membaca, telah banyak yang mengulas ini. Walau tidak punyai kemauan dan tekad besar untuk membaca, tetapi rutinitas membaca ini memperlihatkan faedah untuk kurangi stress, tingkatkan performa otak dan membuat empati. Pasti bukan hanya tiga hal barusan saja. Ada banyak hal yang dapat diambil faedahnya dari membaca. Pada akhirannya, membaca semestinya bukan hal yang terbatas.

Mengembalikan Kebiasaan Membaca

Membuat Rutinitas Membaca

Saat sebelum membuat tulisan ini, sempat melalui di twitter, mengenai rutinitas membaca. Sang pengupload status mengatakan, jika membaca buku itu harus jadi hal umum, sebiasa-biasanya, senormal-normalnya. Membaca bukanlah hal spesial yang cuma dilaksanakan oleh beberapa orang tertentu saja. Membaca bukanlah hal yang cuma dapat dilaksanakan pada tempat tertentu saja. Dan ya, rutinitas membaca ini ialah hal normal . Maka, bagaimana sich semestinya membuat rutinitas membaca?

1. Baca Karena Ingin Membaca

Sering, beberapa teman sharing dan menjelaskan: ‘Aku tuch tidak sukai baca. Ya ingin bagaimana kembali?' Tetapi, apa mereka pernah usaha mengganti merasa tidak sukai membaca itu jadi rasa sukai? Bagaimana triknya?

Teman lainnya punyai narasi jika ia sebetulnya tidak sukai membaca. Semua berbeda setelah ia mempunyai anak. Pengetahuan akan faedah membaca membuat mulai beli beberapa buku untuk anak-anaknya. Ia memahami betul faedah membaca, sehingga ia ingin memperkenalkan membaca pada anaknya.

Pada akhirnya, rutinitas beli buku dituruti dengan membacakan beberapa buku itu untuk anaknya. Ya, dan pada akhirnya teman satu ini juga membaca. Hei... buku anak juga masih tetap buku ya. Dan itu bacaan. Tidak ada argumen ‘aku tidak baca buku kok' karena hanya ia membaca buku anak. Walau awalannya itu dilakukan ‘hanya' untuk anaknya, toh pada akhirnya ia membaca juga.

Sayang, rutinitas ini terkadang berbeda bersamaan sekolah. Ada anak-anak yang terlatih membaca di tempat tinggalnya, membaca dengan suka dan berbahagia, tetapi berbeda saat masuk umur sekolah. Di sekolah, membaca itu diharuskan. Rupanya, hal yang harus ini malah membuat tak lagi menarik. Membaca yang dahulunya hal membahagiakan, beralih menjadi hal menjengkelkan dan mau tak mau, karena hanya diperindah. Cukup lucu sich. Tetapi ini perlu dilaksanakan riset selanjutnya.

Pada akhirannya, rutinitas membaca dimulai dari rasa tertarik dan memang ‘ingin' membaca. Lepas rasa ‘ingin membaca' ini awalannya dari keterpaksaan, lingkungan, atau perintah. Karena yang penting diganti, dari malas jadi ingin. Triknya? Kembali ke diri kita, seperti dua narasi yang saya catat di atas.

2. Baca Buku dengan Pola dan Jenis Favorite

Sebagian orang lebih sukai membaca buku dengan pola bikin, seperti membaca biasanya. Tetapi, beberapa lainnya pilih membaca buku dengan pola digital berbentuk e-book atau buku digital berwujud suara atau audiobook.

Tidak ada yang keliru dengan bermacam pola buku itu. Juga tidak ada yang lebih baik hingga membuat yang lain jadi buruk. Setiap pola buku mempunyai kekurangan dan keunggulannya masing-masing. Dan kesesuaian saat membaca, tidak cuma masalah  kekurangan dan kelebihan saja, tetapi perasaan nyaman.

Jika sudah nyaman dengan satu pola buku, ya silahkan cicipi buku dengan itu. Tak perlu lah menjelek-jelekkan pola satu buku untuk membuat pola lain terlihat wah. Toh, sama dibaca. Semua kembali ke hasrat masing-masing.

Selainnya pola buku, hal yang lain kerap menjadi pertentangan ialah jenis buku. Tidak ada jenis yang lebih baik sampai membuat jenis lain jadi buruk. Setiap jenis sama baiknya dan sama kastanya. Semua kembali ke keperluan masing-masing pembaca.

Tak perlu lah dengarkan orang yang lain mengunggulkan satu jenis dan merendahkan lainnya, cuma supaya disebut kece. Tak perlu ikuti semua anjuran seseorang cuma supaya dipandang pembaca kece. Tidak jadi masalah bila membaca buku dengan jenis berlainan sama orang lain. Ini kembali ke hasrat. Dan hasrat, bukanlah hal yang dapat dipaksa . Maka, tentukan pola dan jenis buku favoritmu saja lah.

3. Tidak boleh Buat Sasaran Membaca yang Di Luar Kekuatan.

Dalam tulisan-tulisan, sempat ada yang memberi anjuran supaya membuat sasaran membaca tertentu. Ini dapat menolong untuk membuat rutinitas membaca. Untuk beberapa orang, ini berkaitan dan menolong. Tidak selamanya begitu untuk beberapa lainnya.

Membuat sasaran membaca dapat perlu. Tetapi, tak perlu terlampau berambisi lah. Apa lagi untuk pemula, atau orang yang baru mengawali membuat rutinitas membacanya. Salah-salah, justru kabur dan tidak membaca kembali.

Lalu, harus bagaimana? Check kekuatan sendiri, lalu buat sasaran yang realitas. Setiap terwujud sasaran, kerjakan penilaian setahap. Dari penilaian, dapat dibikin sasaran seterusnya. Dapat dengan sasaran yang serupa atau bertambah lebih bagus.

Baca saja satu atau dua halaman setiap hari. Bagaimana jika terlewatkan? Tidak jadi masalah. Kerjakan pada hari lain. Tak perlu berasa bersalah karena hanya meleset dari sasaran. Kerjakan saja, kembali dan kembali. Dapat membaca banyak buku atau halaman setiap hari memang kece. Tetapi, tidak dapat begitu kesemua orang.

Haruskah membaca buku tebal? Tidak ada yang memaksakan pembaca pemula membaca buku tebal. Bahkan juga jika perlu, tentukan buku paling tipis untuk mengawali. Tidak salah kan? Toh nanti dapat ditambahkan kembali pada ketika telah terlatih membaca. Pokoknya, bikinlah sasaran yang dapat dilaksanakan.

4. Bila masih tetap Susah Membaca, Coba ‘Rule of 50'

Ketentuan ini dapat menolong untuk putuskan, apa terus akan membaca satu buku atau stop. Gagasan ‘aturan 50' ini datang dari buku Marie Kondo, ‘Sparks Joy'.

Bagaimana melakukan? Coba baca dahulu 50 halaman pertama dari bukumu. Lantas, tanya pada diri kamu, apa buku itu menarik? Apa akan meneruskan membaca kembali? Ini dapat menjadi salah satunya langkah simpel saat sebelum memutuskan.

Mengembalikan Kebiasaan Membaca

Ringkasan

Pada akhirannya, memanglah tidak ada buku yang jelek. Namun, kita sebagai pembaca, yang kemungkinan belum mendapati buku yang pas untuk dibaca. Dan langkah untuk cari tahu buku yang pas, ya cuman satu, yaitu dengan membaca.

Membaca itu rutinitas lumrah, normal, biasa. Dapat dilaksanakan oleh siapa, kapan pun, dan dimanapun . Maka, ayok kembali membaca.

Hallo Sobat Nabire Club
Hallo Sobat Nabire Club, Bagaimana Tanggapan Sobat Tentang Postingan Ini.?

Posting Komentar